English version
 

Indonesia

Barang-barang milik korban tsunami tertinggal setelah dihantam tsunami pada tanggal 26 Desember 2018 di provinsi Banten, Indonesia. Foto: ©Fajrul Islam


Pada tahun 2004, Tsunami Samudera Hindia merenggut lebih dari 230.000 nyawa dan memperlihatkan kerentanan di negara-negara di Samudera Hindia, termasuk sistem tanggap bencana di Indonesia. Peristiwa bencana ini menandai titik balik dalam Manajemen Risiko Bencana (Disaster Risk Management/DRM) di Indonesia. Mulai dari mengadopsi berbagai teknologi terkini hingga memprioritaskan inklusi sosial dan infrastruktur yang tangguh, langkah yang diambil Indonesia terbentuk dari kolaborasi dengan berbagai mitra global, termasuk Platform Global untuk Pengurangan dan Pemulihan Bencana (Global Facility for Disaster Reduction and Recovery/GFDRR) dari Bank Dunia. Pengalaman dari tsunami Samudera Hindia menginspirasi pembentukan GFDRR di tahun 2006, dengan misi untuk mengintegrasikan ketangguhan kedalam upaya pemulihan di seluruh dunia. Sejak saat itu, GFDRR telah mendukung Indonesia dalam mengembangkan pendekatan dan teknologi inovatif untuk memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana.

Awal dari Pendekatan Terpadu untuk DRM

Tsunami 2004 mendorong perombakan menyeluruh terhadap kerangka kerja DRM Indonesia, yang mendorong perlunya solusi inovatif seputar identifikasi, penilaian, dan perencanaan risiko. Melalui Multi-Donor Fund (MDF) untuk Propinsi Aceh dan Kabupaten Nias - yang didukung oleh Bank Dunia dan beberapa negara lain - pemerintah memobilisasi dana sebesar 655 juta dolar AS untuk membangun kembali infrastruktur vital yang mengaplikasikan standar-standar ketangguhan yang lebih baik. Hasilnya nyata: lebih dari 20.000 rumah direkonstruksi, 3.850 kilometer jalan dipulihkan, dan 677 sekolah dibangun kembali, menjadikan upaya ini sebuah tolok ukur global baru untuk rekonstruksi pasca bencana.

Banda Aceh

Banda Aceh City after the Indian Ocean earthquake and tsunami of December 26, 2004. Photo: © Heri Mardinal
 

Perkembangan penting lainnya pasca tsunami adalah diadopsinya perangkat identifikasi risiko yang inovatif sebagai sumber informasi pengambilan keputusan dan kebijakan di masa depan. Sebagai contoh, Indonesia Scenario Assessment for Emergencies (InaSAFE) - sebuah platform daring pengkajian risiko yang bersifat terbuka yang dikembangkan dengan dukungan Bank Dunia dan Pemerintah Australia - telah merevolusi kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan simulasi skenario bencana dan menyusun rencana kontingensi yang berbasis bukti. Dengan mengukur dampak spasial dari risiko tertentu terhadap masyarakat dan infrastruktur, InaSAFE juga telah membantu masyarakat untuk lebih memahami dan menilai risiko yang mereka hadapi.

Melanjutkan kemajuan ini, inisiatif seperti Code for Resilience menghubungkan teknologi lokal dengan para ahli DRM untuk menciptakan solusi digital dan perangkat keras yang meningkatkan ketangguhan. Berbagai upaya ini menghasilkan sebuah aplikasi ponsel yang dilengkapi dengan alat pemetaan digital, yang membantu masyarakat untuk membuat keputusan berdasarkan data, pada saat krisis.

Pemulihan yang Tangguh Sejak itu, Indonesia telah mengambil langkah penting untuk memperkuat ketangguhannya terhadap bencana. Setelah letusan Gunung Sinabung dan Gunung Merapi, Bank Dunia membantu mendirikan Fasilitas Multi Donor Fund Indonesia untuk Pemulihan Bencana (Indonesia Multi Donor Fund Facility for Disaster Recovery) pada tahun 2009 untuk melengkapi program-program DRM pemerintah dan membangun kembali ekonomi lokal, memulihkan mata pencaharian penduduk, dan memperkuat ketahanan masyarakat. Lebih dari 4.000 rumah dibangun melalui inisiatif ini.

Pemulihan yang Tangguh

Sejak itu, Indonesia telah mengambil langkah penting untuk memperkuat ketangguhannya terhadap bencana. Setelah letusan Gunung Sinabung dan Gunung Merapi, Bank Dunia membantu mendirikan Fasilitas Multi Donor Fund Indonesia untuk Pemulihan Bencana (Indonesia Multi Donor Fund Facility for Disaster Recovery) pada tahun 2009 untuk melengkapi program-program DRM pemerintah dan membangun kembali ekonomi lokal, memulihkan mata pencaharian penduduk, dan memperkuat ketahanan masyarakat. Lebih dari 4.000 rumah dibangun melalui inisiatif ini.
 


Gempa bumi dan tsunami di Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2018 telah menguji sistem DRM Indonesia dalam kondisi yang ekstrem. Gempa berkekuatan 7,5 pada Skala Richter tersebut memicu terjadinya tsunami, tanah longsor, dan likuifaksi permukaan tanah, menyebabkan lebih dari 4.400 orang meninggal, 170.000 orang mengungsi, dan menimbulkan kerugian ekonomi sebesar 1,3 miliar dolar AS. Sebagai wujud dari komitmen terhadap pemulihan proaktif, Indonesia bekerja sama dengan GFDRR untuk melaksanakan Penilaian Cepat Kerusakan Pascabencana Global (Global Rapid Post-Disaster Damage Estimation), yang memberikan perkiraan kerusakan dalam waktu 14 hari. Penilaian ini menjadi laporan global pertama yang komprehensif mengenai dampak bencana, yang menjadi informasi awal bagi bantuan Bank Dunia sebesar 438 juta dolar AS untuk upaya pemulihan.

Untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang mendesak di Propinsi Sulawesi Tengah dan di seluruh Indonesia, pemerintah Indonesia, dengan dukungan dari GFDRR, memperkenalkan unit Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) yang bersifat modular. Rumah-rumah ini, yang dapat dibangun dalam waktu kurang dari lima hari dengan biaya kurang dari 6.000 dolar AS per unit, menyediakan tempat tinggal yang aman dan terjangkau bagi para pengungsi sekaligus menunjukkan solusi pemulihan bencana yang terukur dan tangguh.
 

Indonesia

Source: Ministry of Public Works and Housing, Indonesia


Namun, ketangguhan bukan hanya tentang infrastruktur – ketangguhan juga tentang manusia, terutama mereka yang sering diabaikan dalam perencanaan ketangguhan bencana. Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Propinsi Sulawesi Tengah (Central Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project) senilai 150 juta dolar AS, yang dibiayai oleh Bank Dunia, mengintegrasikan prinsip-prinsip desain akses universal, mitigasi kekerasan berbasis gender (GBV), dan kolaborasi dengan kelompok-kelompok perempuan setempat untuk memastikan upaya pemulihan memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam. Sebagai contoh, desain perumahan direvisi untuk menyertakan partisi pembatas ruangan setelah adanya masukan saat upaya peningkatan kapasitas yang didukung GFDRR tentang standar desain inklusif.

“Bantuan teknis GFDRR telah meningkatkan kapasitas kelembagaan dan teknis kami dalam mempromosikan inklusifitas dan kesetaraan. Kolaborasi di antara para pemangku kepentingan, termasuk antara pemerintah pusat dan daerah, serta kelompok perwakilan perempuan lokal dan penyedia layanan GBV selama siklus proyek adalah kunci dalam mewujudkan desain akses universal dan pengambilan tindakan mitigasi GBV. Isu sosial adalah isu pokok. Kementerian kami memperjuangkan mitigasi risiko GBV melalui proyek ini sebagai prioritas utama.” - Astriana Astriana Harjanti, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia.
 

Indonesia

Para peserta berbagi gagasan tentang desain inklusif gender dalam lokakarya teknis yang dibiayai oleh GFDRR pada Desember 2019. Foto: Jian Vun / Bank Dunia
 

Proyek Inisiatif Ketahanan Bencana Indonesia senilai 160 juta dolar AS, yang juga didanai oleh Bank Dunia, meningkatkan sistem peringatan dini geofisika melalui modernisasi sistem pendukung keputusan, perluasan instrumentasi, dan penguatan kapasitas kelembagaan sehingga mampu memberikan peringatan yang lebih akurat dan tepat waktu.
 


Mengurangi Risiko dan Mengarusutamakan DRM

Proyek Ketahanan Banjir Perkotaan Nasional (National Urban Flood Resilience Project) senilai 400 juta dolar AS membantu membangun platform nasional sebagai investasi dalam pengurangan risiko banjir di seluruh kota di Indonesia yang berisiko dilanda bahaya banjir. Proyek yang didanai oleh Bank Dunia ini mendukung solusi terpadu di Kota Banjarmasin, Bima, Manado, Medan dan Semarang melalui solusi struktural dan non-struktural, seperti peningkatan kapasitas drainase, integrasi solusi berbasis alam, dan sistem peringatan dini banjir yang lebih baik. Hasil utama yang diharapkan adalah mengurangi dampak bahaya banjir bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan rentan, kelompok masyarakat inilah yang secara tidak proporsional mengalami dampaknya.
 

 

Seiring dengan upaya pengarusutamaan DRM di seluruh sektor di Indonesia, ketahanan perumahan menjadi prioritas. Selain inovasi seperti unit rumah RISHA, GFDRR mendukung Program Perumahan Terjangkau Nasional senilai 450 juta dolar AS yang memperkuat ketahanan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, salah satu program perbaikan rumah terbesar di dunia. Melalui bantuan teknis yang diberikan, tim Bank Dunia di Indonesia mendukung Pemerintah dalam meningkatkan standar ketahanan dari 11% pada tahun 2018 menjadi 75% pada tahun 2023. Hampir satu juta rumah tangga kini tinggal di rumah-rumah yang lebih aman dan lebih tangguh - sebagai bukti manfaat dari memadukan keahlian global dengan ambisi lokal.

Di sektor air, GFDRR bekerja sama dengan lembaga lokal untuk memperkuat kapasitas operator PDAM. Modul pelatihan yang dikembangkan melalui kemitraan ini sekarang diintegrasikan ke dalam kurikulum nasional, untuk memastikan pengelolaan sistem PDAM yang berkelanjutan di tengah meningkatnya urbanisasi dan risiko iklim. Tiga penyedia layanan air minum lokal telah mengadopsi pertimbangan ketahanan bencana ke dalam operasi mereka.

Pendanaan Risiko Bencana dan Kesiapsiagaan serta Penanganan

Dalam upaya menjadi lebih dari sekedar reaktif terhadap bencana, Indonesia membentuk mekanisme pendanaan bencana yang proaktif seperti Dana Bencana Indonesia, yang memfasilitasi respons yang lebih cepat terhadap bencana berskala nasional dan merampingkan koordinasi bantuan pemulihan internasional. Sekitar 1% dari APBN dialokasikan untuk DRM, yang memperkuat kesiapsiagaan dan kemampuan tanggap darurat negara. Bantuan teknis GFDRR mendukung pelaksanaan strategi pembiayaan dan asuransi risiko bencana nasional.
 

Indonesia

Pemandangan udara kerusakan akibat tsunami di desa Keude Teunom di Aceh Indonesia. Foto: © Boitano Photography


Untuk mendukung tindakan antisipatif, GFDRR Labs Challenge Fund, bermitra dengan Red Cross Red Cresence Climate Center dan perusahaan teknologi Kartoza, mendukung pengembangan alat prakiraan berbasis dampak untuk mengatasi banjir di Indonesia. Pendekatan ini menggabungkan pemahaman tentang prakiraan, kurva dampak-bahaya, dan analisis risiko untuk menghasilkan peta intervensi yang akan menginformasikan kapan dan di mana dana untuk tindakan awal harus dikerahkan.

Sebuah Contoh untuk Masa Depan

Perjalanan DRM Indonesia menunjukkan kekuatan transformatif dari kolaborasi global yang berkelanjutan dalam membangun ketangguhan. Dengan dukungan GFDRR, Indonesia telah menggunakan teknologi, prinsip-prinsip inklusivitas, dan inovasi untuk memperkuat kesiapsiagaan dan pemulihan bencana - membantu bangsa ini tidak hanya membangun kembali dengan lebih baik, tetapi juga membangun lebih baik dari sebelumnya. Kemitraan yang berkelanjutan ini, yang ditandai dengan kegigihan dan kemampuan beradaptasi, telah berkembang dari sekadar inisiatif yang terisolasi menjadi model yang dapat direplikasi untuk membangun ketangguhan. Kemitraan ini juga menunjukkan apa yang dapat dicapai ketika solusi yang digerakkan oleh masyarakat setempat dipadukan dengan dukungan global dalam pembentukan visi bersama demi masa depan yang lebih tangguh.

Linimasa: Titik penting dalam perkembangan Kemitraan GFDRR dengan Indonesia